Perjuangan....
Apa yang kalian pikirkan dan bayangkan saat kalian mendengar atau membaca kata itu?
Pasti kalian membayangkan para pejuang kemerdekaan kita yang dengan senjata bambu runcingnya sedang berhadapan dengan "pejuang" dari negara asing yang sedang memegang senapan laras panjang mereka, yang dari jauh saja sudah dapat membuat pejuang kita terluka, atau bahkan meninggal.
Apa hanya itu yang ada di pikiran kalian?
Tidak.
Pasti ada diantara kalian yang menjawab seperti itu.
Ya, kalian benar. Perjuangan bukan hanya dapat dilakukan dengan cara yang seperti itu. Di tulisan saya kali ini, saya akan mencoba untuk mengingatkan kita semua, khususnya para pemuda pemudi Indonesia, contoh beberapa perjuangan (selain perjuangan melawan penjajah) yang telah dilakukan di dalam negeri tercinta kita ini, yaitu negara Republik Indonesia..
Mari kita memundurkan waktu ke zaman sebelum adanya kemerdekaan Indonesia.
21 April 1879, apa kalian ingat itu tanggal lahir siapa?
Ya, pada tanggal segitu, lahir lah seorang wanita cantik yang menjadi pelopor kebangkitan bagi kaum wanita pribumi, siapa lagi kalau bukan ibu kita, Raden Adjeng Kartini atau yang biasa kita sebut dengan R.A. Kartini.
Pada zaman dahulu, perempuan dianggap lemah. Mereka tidak dapat menuntut ilmu layaknya para pemuda. Dan tidak semua anak khususnya perempuan dapat bersekolah, karena sekolah zaman dulu diperuntukan hanya untuk para bangsawan (priyayi) dan anak-anak para penjajah kita.
Beruntungnya Kartini, ia lahir di kalangan bangsawan (priyayi), sehingga ia dapat bersekolah walau hanya sampai umur 12 tahun saja. Karena umur segitu, ia sudah harus tinggal di rumah karena sudah bisa untuk dipingit.
Namun Kartini tidak berhenti untuk belajar. Ia mulai belajar sendiri di rumah. Dari mulai membaca koran, majalah, dan buku-buku yang ada di rumahnya. Dan yang tentunya tidak lepas dari seorang R.A. Kartini adalah, keseringannya berbalas surat dengan teman-temannya yang berada di negri sebrang.
Dari situ lah, perjuangan Kartini dimulai. Ia mempunyai tekad untuk memajukan para wanita pribumi. Dengan bantuan suaminya, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Kartini mendirikan sebuah sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Pada tanggal 17 September 1904, Kartini meninggalkan dunia ini. Ia menutup usianya pada usia 25 tahun. Usia yang sangat muda. Namun, hal-hal yang sudah dilakukannya semasa hidupnya sangat lah amat berarti, khususnya bagi wanita pribumi. Sepeninggalnya, surat-surat yang ditulis oleh Kartini kepada teman-temannya yang berada di Belanda pun dikumpulkan dan dijadikan sebuah buku yang diberi judul "Habis Gelap, Terbitlah Terang".
Tanpanya, mungkin tidak akan ada emansipasi wanita. Mungkin saat ini wanita hanya akan tetap diam di rumah, seakan tidak mengetahui adanya dan bagaimana rasanya dunia luar. Dan tanpanya, mungkin saya detik ini tidak akan dapat menulis tulisan ini.
Perjuangan ibu kita Kartini amatlah sangat berarti. Ia lah yang membuat maju wanita Indonesia. Ia lah pelopor wanita Indonesia. Ia lah, yang membuat adanya emansipasi wanita. Ia lah, awal dari sebuah persamaan derajat antara wanita dengan pria.
Dan itu lah salah satu bentuk perjuangan.
Lalu, apa lagi jenis perjuangan yang lain?
MEI 1998. Bagi saya, dan mungkin bagi kalian yang tahu, pasti badan kalian akan bergetar jika sudah mendengar atau membaca kata "MEI 1998". Apa itu Mei 1998? Memangnya ada apa pada saat itu?
1998, kalau ditarik waktu mundur, saya tahun itu baru berumur 4 tahun. Namun dengan pesatnya tehnologi sekarang, dan dengan bermodal "tanyaan" kepada orang-orang yang mengalami keterpurukan pada tahun 1998, saya dapat menuliskan ini semua.
1998, tahun yang sangat menyedihkan bagi warga negara Indonesia, khususnya yang berada di Jakarta dan sekitarnya. Karena pada tahun ini lah, kita dapat merasakan pertumpahan darah yang dilakukan oleh warga negara Indonesia sendiri. Bukan lagi warga pribumi melawan sekutu, namun warga pribumi melawan warga pribumi. Warga pribumi melawan ketidak adilan.
Cobalah kalian searching di google atau youtube, atau mungkin bertanya kepada orang tua atau kakak kalian, bagaima rusuhnya pada tahun 1998 tersebut. Bagaimana hitamnya awan pada tahun 1998 tersebut.
Saya, saya adalah seorang mahasiswi. Dan ketika saya mencari tahu bagaimana peristiwa tahun 1998 tersebut, dan menonton videonya, air mata saya mengalir. Begitu kerasnya usaha para mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang menginginkan sebuah revolusi. Menginginkan sebuah keadilan. Menginginkan sebuah perubahan.
Mereka tak gentar melawan para "pelindung negara" yang bersenjatakan senapan api, sedangkan para mahasiswa hanya bersenjatakan poster dan teriakan penentangan mereka. Mereka dipukul, ditendang, bahkan ditembak. Begitu banyak nyawa melayang. Begitu banyak tangisan yang terdengar. Namun itu semua bukan membuat mereka menjadi mundur, itu semua malah membuat mereka semakin maju. Membulatkan tekad mereka untuk meraih sebuah perubahan.
Jika kalian kira hanya para pria saja yang melakukan demonstrasi tersebut, tidak. Kalian salah. Para mahasiswi - mahasiswi pun ikut melakukan demontrasi. Kita tahu, pada tahun 1998 banyak juga terjadi rasis, tindakan asusila, bahkan pelecehan seksual. Para pemudi Indonesia berunjuk rasa, mereka meminta untuk agar tidak ada lagi yang namanya pelecehan seksual. Namun apa yang mereka terima?
Mereka malah dipukul, diusir secara kasar bagaikan hewan. Dimana letak kemanusiaan kalian wahai kelompok yang seharusnya bertugas sebagai pelindung masyarakat? Para mahasiswa dan mahasiswi itu adalah manusia, sama seperti kalian.
Namun mengapa kalian begitu kejam sekali pada mereka? Kalian memukuli mereka, menendang mereka, bahkan menembaki mereka. Mereka bukan hewan buruan. Mereka manusia!!
Disaat mereka bersedih kehilangan sanak saudara mereka, kehilangan teman-teman mereka, kalian malah bersorak-sorai bergembira menyanyikan lagu mars kalian (terdapat tayangannya di youtube, kalian dapat mencarinya di youtube), dimana hati nurani kalian????
Belum lagi mereka yang hilang, yang tidak ada kabarnya sama sekali sampai detik ini. Dimana keadilan bagi mereka???
Coba kita renungkan sekarang. Bagaimana jika diantara mereka, para pejuang perubahan bangsa itu terdapat saudara kita? Terdapat teman kita? Terdapat kakak atau adik kita? Atau bahkan terdapat ayah atau ibu kita? Apa yang akan kita rasakan? Melihat mereka tergolek lemas, kaku tak bernyawa. Atau menunggu kabar dari mereka yang sampai detik ini juga tidak terdengar kabarnya. Bagaimana perasaan kita???
Sedih, pasti kita akan merasakan sedih.
Kecewa, kecewa kepada kalian para antek-antek negara yang seharusnya melindungi warga negara Indonesia, tapi ini kalian malah dengan gampangnya dan tanpa merasa berdosa telah menghilangkan nyawa seseorang.
Mungkin banyak diantara kita yang lupa akan kejadian ini semua. Namun bagaimana dengan keluarga para korban, apakah mereka akan melupakannya? Tidak. Saya yakin mereka tidak akan mungkin melupakannya.
Kakak kakakku, para pejuang perubahan bangsa negara Republik Indonesia, terimakasih. Terimakasih kalian telah rela mempertaruhkan raga bahkan nyawa kalian demi Indonesia yang lebih baik lagi. Tanpa kalian, mungkin tidak akan seperti ini Indonesia. Mungkin Indonesia akan lebih terpuruk lagi sekarang. Tanpa kalian, mungkin tidak akan ada kebebasan seperti sekarang yang sedang saya lakukan ini, kebebasan bersuara dan berpendapat.
Berdasarkan atas kesamaan derajat sebagai mahasiswa Indonesia, saya sangat amat terharu dengan apa yang kalian lakukan. Sekali lagi, terimakasih kalian telah mau melakukan itu semua. Dan untuk kalian yang sudah tidak ada di dunia ini, semoga dosa-dosa kalian diampuni oleh Allah SWT, dan kalian dibukakan pintu surga olehNYA. Amin, amin ya robbal alamin...
Dan itu lah contoh perjuangan yang lainnya.
Lalu perjuangan apa yang bisa kita temui di kehidupan kita sehari-hari?
Jawabannya sangat lah mudah, yaitu....
Perjuangan orangtua kita.
Ibu kita yang mengandung kita selama 9 bulan 10 hari, berjuang untuk menjaga kita agar tetap sehat saat masih di dalam kandungan. Lalu saat melahirkan kita, beliau berjuang mempertaruhkan nyawanya demi kita dapat lahir dan melihat indahnya dunia ini.
Lalu ayah kita yang berjuang mencari nafkah demi makan kita, demi pendidikan kita. Orang tua, mereka tidak kenal lelah mencari cara bagaimana caranya untuk dapat membahagiakan anaknya.
Pernahkah kalian berpikir, di saat susah, disaat hanya ada makanan yang cukup untuk anak-anaknya saja, mereka selalu berkata, "Sudah, kalian makan saja. Ibu dan ayah tidak lapar kok". Padahal apa? Perut mereka mengeluh lapar, namun mereka tahan. Mereka kalahkan keinginan mereka demi kita, anak-anaknya. Bagi mereka, anak-anaknya lah yang harus paling diutamakan.
Lalu, apa bentuk perjuangan selanjutnya?
Bentuk perjuangan selanjutnya adalah, kita.
Yaa, kita. Bagaimana caranya kita mengisi hari-hari kita. Bagaimana kita meneruskan perjuangan mereka semua yang telah membuat kita dapat hidup seperti sekarang ini.
Sebagai seorang pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, tentu lah kita harus tetap berjuang demi bangsa kita ini. Tidak usah capek-capek mengangkat bambu runcing, tapi cukuplah kita isi hari-hari kita dengan hal-hal yang berguna.
Banyak yang mengatakan kita sebagai pemuda pemudi Indonesia harus menyukai bahkan sebisa mungkin melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia. Ya memang, itu semua sangat lah penting. Namun menurut saya, jauh lebih penting lagi jika kita sebagai pemuda pemudi bangsa Indonesia juga dapat mengendalikan hawa nafsu kita.
Tidak jarang kita dengar berita-berita penangkapan seorang pengkonsumsi narkoba, ganja, atau miras. Seharusnya kita sadar, jangan lah kita masuk ke dunia seperti itu. Karena hal itu malah akan memperburuk diri kita sendiri dan bahkan memperburuk roda perekonomian negara Indonesia. Kita bisa mati karena hal haram tersebut. Dan Indonesia juga dapat rugi dengan masuknya hal haram tersebut di negara kita Ini.
Lalu korupsi. Jepang, walaupun hanya menjajah Indonesia selama 3,5 tahun, namun Jepang lah yang paling kejam diantara Belanda atau Inggris. Namun coba sekarang kita tengok ke negara Jepang. Jepang merupakan salah satu negara terbersih di pemerintahannya (Jepang peringkat 15, Indonesia peringkat 107). Kenapa bisa begitu?
Karena di Jepang telah ditanamkan rasa malu kepada anak-anak mereka sedini mungkin. Dimana para orangtua mengajarkan dan mencontohkan kepada anak-anaknya agar tidak melakukan korupsi. Jadi sampai besar pun anak-anak mereka akan mengingat itu. Mereka akan merasa malu jika melakukan korupsi. Sehingga, mereka tidak melakukan korupsi. Dan bahkan di Jepang, jika seorang pejabat terbukti melakukan sebuah kesalahan, entah itu terbukti korupsi atau apa pun itu, mereka akan melakukan harakiri demi "menebus" kesalahan mereka.
Dan sebagai anak, kita berkewajiban berjuang demi membahagiakan orang tua kita.
Kita harus berjuang dengan cara menuntut ilmu yang rajin, dan menuruti perkataan orang tua..
Sepertinya sampai sini dulu tulisan saya kali ini. Semoga tulisan saya ini dapat bermanfaat bagi kalian semua yang membacanya.
Maaf jika ada kesalahan tulisan pada tulisan saya ini. Dan maaf jika mungkin ada beberapa dari kalian yang merasa dirugikan atau tidak berkenan dengan tulisan saya ini. Tapi saya menulis ini MURNI karena saya ingin menyalurkan pemikiran dan pendapat yang berada pada otak dan hati saya.
Terimakasih sudah mau membaca ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar