Selasa, 25 September 2012

I LOVE YOU


Author: Loyalitasya Bela Prasiwi

Genre: Romance

Main Cast:
1. Niel Teen Top a.k.a Ahn Daniel
2. Author a.k.a Choi Seul Rin
3. L.Joe Teen Top a.k.a Lee Byunghun
4. Author's friend a.k.a Hyena

Annyeong... This is my another FanFiction. Karena keterbatasan waktu(?) FF ini ceritanya jadi singkat. Hehehe.. Hope you like it guys ^^

Rin POV
                “Hei anak malas, ayo bangun. Sudah jam berapa ini? Apa kamu tidak mau sekolah hah?” Kata seorang yeoja sambil menggoyang-goyangkan tubuhku yang masih asik terlelap tidur.

                Sedikit ku buka mataku untuk melihat siapa dia, yang ternyata tak lain tak bukan adalah eomma ku sendiri. “Haaa, eomma…. Rin masih ngantuk ini…” kataku sembari memeluk kembali guling kesayangku.

                “Ih, dasar anak ini. Sudah jam enam pagi ini. Kamu mau terlambat lagi ke sekolah hah?”

                “Mwo? Jam enam pagi?” tanyaku sembari bangun duduk dengan nada kaget.

                “Ne, makanya ayo kamu….”

                “Hwaaaaa, terlambat terlambat terlambaaaattt…….” Kataku yang memotong perkataan eommaku. Aku langsung lari ke kamar mandi.

                Setelah semua selesai, aku pun langsung segera berangkat ke sekolah. Dengan berlari-lari kecil, ku susuri jalanan yang menuju ke sekolahku. Tiba-tiba aku melihat banyak orang yang sedang berkumpul di pinggir jalan. “Ada apa ya?” tanyaku pada diriku sendiri. Dengan penuh rasa tanya, aku pun menghampiri  sekerumpunan manusia tersebut.

                “Permisi permisi permisi…” kataku yang mendesak masuk diantara mereka. “Kak, ada apa sih?” tanyaku ke salah satu orang disana.

                “Ada korban tabrak lari. Kasian deh.” Jawabnya.

                “Mwo? Tabrak lari?!” Aku pun langsung mendesak masuk lagi untuk melihat siapa orang malang yang menjadi korban tabrak lari tersebut.

                “Kyaaaaaaa, Niel!!” teriakku saat melihat korban tabrak lari tersebut yang tak lain tak bukan adalah Niel. Ahn Daniel, teman satu sekolahku. Aku pun langsung menghampiri tubuh Niel yang tidak berdaya itu. “Niel, waeyo?? Niel, ayo sadar. Ini aku, Choi Seul Rin. Teman satu sekolahmu. Ayolah Niel…” kataku sembari menepuk-nepuk pipi Niel.

                “Ade, kamu kenal sama dia?” Tanya seorang lelaki setengah baya.

                “Ne. Aku kenal dengan dia. Kami adalah teman satu sekolah.” Jawabku.

                “Ya sudah, kalau gitu sekarang kita harus ke Rumah Sakit agar temanmu bisa segera diobati.” Kata aboji tersebut.

                Dua orang lelaki lain memapah Niel ke dalam mobil aboji tersebut. Aku mengikutinya dari belakang. Selama dalam perjalanan ke Rumah Sakit, aku tak sanggup menahan air mataku yang terus menerus berjatuhan sembari berusaha untuk membangunkan Niel.

                Akhirnya kami pun sampai di Rumah Sakit. Dengan segera para suster Rumah Sakit tersebut membawa Niel ke dalam ruang UGD untuk diperiksa. Aku hanya bisa menangis dan berdoa di luar ruang UGD agar tidak terjadi apa-apa dengan Niel. Niel, andai kamu tau bagaimana perasaanku selama ini ke kamu…


Niel POV
                Udara segar dan hangatnya sinar mentari pagi menerpaku yang sedang berjalan santai menuju sekolah. Tiba-iba aku melihat ada seorang anak kecil yang sedang menyebrang. Ia tidak lihat bahwa di sebelah kirinya ada sebuah mobil yang sedang melaju dengan kencang.

                “Awas!!!” teriakku. Tapi sepertinya ade kecil itu tidak tahu mengapa aku berteriak seperti itu. Ia tetap berjalan menyebrangi jalanan dengan santainya. Aku yang takut terjadi apa-apa dengannya pun langsung berlari ke arah anak kecil tersebut.

                Aku mendorongnya ke depan dan… Bruk! Seketika aku merasakan sakit di sekujur tubuhku. Pandanganku memudar dan aku pun tidak sadarkan diri.

                Saat aku terbangun, aku melihat banyak orang yang sedang mengeliliku. Mereka memandangiku dengan pandangan yang seakan berkata: Kasian sekali anak ini. Aku pun langsung berusaha untuk membuat mereka tenang.

                “Eeee, kakak, ade, ibu dan bapak-bapak sekalian, tenang saja. Aku ga kenapa-kenapa kok. Ini, buktinya aku masih bisa berbicara lancar seperti ini.” Kataku. Namun sepertinya mereka tidak menghiraukanku.

                “Apa dia meninggal?” Tanya seorang perempuan paruh baya kepada anak perempuannya.

                “Molla. Dia kasian ya eomma.” Jawab anaknya tersebut.

                Mwo? Meninggal? Aku masih hidup hey! Atau jangan-jangan aku….. Aku pun berbalik badan dan…. Betapa terkejutnya aku melihat tubuhku yang sedang tergeletak lemah  tak berdaya di aspal. Aku… Aku meninggal???? Tidak, ini tidak mungkin terjadi. Tidaaaakkkk…..!!!

                Di saat aku sedang panik mengenai aku masih hidup atau tidak, Choi Seul Rin, teman satu sekolahku datang. Ia begitu paniknya melihatku yang seperti ini. Tak lama, tubuhku pun dibawa ke Rumah Sakit.
                Dan sekarang, disini aku melihat tubuhku sendiri sedang di periksa dokter. Entah apa yang mereka lakukan terhadap tubuhku. Aku tidak ingin melihatnya.

                Aku pun ke luar ruangan. Dan aku melihat Rin yang sedang terduduk lemas, menangis terisak-isak. Tak henti-hentinya ia menyebut namaku. Aku pun memegang pundaknya. Tapi tak bisa. Tanganku melewati tubuhnya begitu saja. Kesal, sedih, dan bingung tercampur menjadi satu di benakku saat ini. Apa dosaku Tuhan? Apa yang harus kulakukan?

                Eomma dan kakak perempuanku pun datang. Ku lihat eomma bertanya apa yang sebenarnya terjadi padaku ke aboji yang sudah membawaku ke Rumah Sakit ini. Dan noona ku berusaha menenangkan Rin.

                Tak lama, dokter pun keluar. Eomma, noona, Rin, dan aboji segera menghampirinya.

                “Yang tabah ya bu. Anak ibu saat ini dalam keadaan koma. Terjadi benturan yang sangat keras di kepalanya. Saya belum bisa memastikan kapan ia akan sadar dari komanya itu.” Jelas dokter.

                Koma? Aku koma? Tetesan air mata membasahi pipiku. Aku melihat eomma menangis, begitu pula dengan noona. Dan Rin, dia pingsan saat mendengar penjelasan dari dokter. Rin pun segera dibawa ke salah satu kamar di RS tersebut.


Rin POV
                “Yang tabah ya bu. Anak ibu saat ini dalam keadaan koma. Terjadi benturan yang sangat keras di kepalanya. Saya belum bisa memastikan kapan ia akan sadar dari komanya itu.” Jelas dokter.

                Apa? Niel koma? Nggak, nggak mungkin Niel koma. Tidaaaakkk….. Bruk! Aku pun terjatuh. Dan aku tidak tahu lagi apa yang terjadi padaku saat itu.

                “Rin, kamu sudah sadar?” Tanya seorang yeoja.

                “Eomma? Ne eomma. Rin sudah sadar kok. Eomma kok bisa ada disini?”

                “Tadi ibunya Niel menelpon ke eomma.” Jawab eomma. Tok tok! Ada yang mengetuk pintu kamarku dari luar. “Masuk” kata eomma.

                “Annyeong tante…” kata satu orang yeoja dan satu orang namja tersebut.

                “Eh ada Hyena dan Byunghun. Ayo masuk.”

                “Ne tante, gomawo.” Jawab Byunghun.

                “Ya! Rin, apa yang terjadi dengan kamu?” Tanya Hyena.

                “Aniya.. Aku ga kenapa-kenapa kok Na. Yang kenapa-kenapa itu….”

                “Sudah sudah. Kami sudah tau kok apa yang terjadi pada Niel.” Sambung Byunghun.

                “Kalian sudah tahu?”

                “Tentu saja kami sudah tahu. Tadi dari pihak Rumah Sakit menelpon ke sekolah. Mereka menjelaskan apa yang terjadi kepada Niel. Satu sekolah heboh membicarakannya.” Jelas Hyena.

                “Tapi kami yakin kok, Niel pasti sembbuh.” Kata Byunghun menenangkan.

                “Ne, arraseo. Tapi…..”

                “Anak-anak, tante titip Rin ya. Tante mau ke bawah dulu.” Kata eomma memotong perkataanku.
                “Oh, ne tante.” Jawab Byunghun.

                “Tapi apa?” Tanya Hyena.

“Tapi kan kalian tahu bagaimana perasaanku selama ini ke dia. Aku sangat menyukainya dari awal pertama melihat dia di sekolah.” Jelasku.

                “Iya, kami tahu kok.” Kata  Hyena.

                “Dan sekarang, dia terbaring koma. Kalian tahu kan jadinya bagaimana perasaanku saat ini?” tanyaku dengan mata yang berkaca-kaca.

                Hyena dan Byunghun saling bertatap-tatapan. Hyena pun langsung memelukku. “Sabar ya Rin. Aku tahu kok bagaimana perasaan kamu. Aku, Byunghun, kita disini karena ingin menghiburmu. Arra?”

                “Ne, arra..” jawabku lemas. Air mataku pun terjatuh lagi membasahi pipiku. Dan Hyena semakin memelukku erat. Hyena dan Byunghun. Mereka adalah sepasang kekasih sekaligus sahabat terbaikku.


Niel POV
                Mwo? Jadi selama ini Rin ternyata menyukaiku? Astaga… Aku tidak menyangka bahwa ia menyukaiku juga. Aaaaargh, Niel pabo! Kenapa coba kamu ga bilang aja ke orangnya kalau sebetulnya kamu juga suka sama dia? Dan sekarang, semua sudah  terlambat. Sesalku dalam hati. Aku hanya bisa memandangi Rin, gadis yang kusukai dan yang ternyata menyukaiku juga tanpa bisa berbuat sesuatu.

                “Annyeong…” Sapa seseorang yang membuka pintu.

                Noona? Ngapain dia kesini? Aku langsung menghampiri noona ku tersebut.

                “Eonni, wae?” Tanya Rin kepada noona ku.

                “Sekarang Niel lagi dalam keadaan kritis. Dan dokter sedang berupaya untuk mempertahankannya agar tetap hidup. Aku mohon doa kalian ya, semoga Niel bisa melewati masa kritisnya ini.” Jelas noona ku.

                Mwo? Aku kritis? KRITIS??? Aku lihat Rin menangis semakin menjadi. Begitu pula dengan noona ku. Ya Tuhan, aku masih ingin hidup. Aku ingin berkumpul lagi dengan teman-teman dan keluargaku. Air mataku pun mengalir membasahi pipiku.

                Seketika pandanganku memudar. Hey, ada apa ini? Semakin lama, semua bayangan benda dan orang di sekitarku semakin tampak tidak jelas, memudar, dan hilang. Aku tidak melihat apa-apa lagi..
                Saat melihat  seberkass cahaya putih, aku pun mulai mengerdipkan mataku. Cahaya apa ini? Apa aku sudah sampai di surga?

                Pandanganku masih buram. Ku berusaha untuk menjelaskan pandanganku. Setelah cukup jelas, aku dapat mengetahui bahwa sinar putih itu adalah sinar lampu.

                “Aku… Apa aku masih hidup? Atau aku sudah berada di surga” Tanyaku.

                “Surga? Alhamdulillah, kamu masih hidup nak.” Jawab seorang dokter  dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. Aku berusaha bangun, namun dokter itu melarang. “Jangan bangun dulu. Tubuh kamu masih teralu lemah.” Jelasnya. Dan aku pun menuruti apa katanya.

                Dokter pun keluar. Tak berapa lama, eomma dan noona ku masuk.

                “Niel sayang.” Kata eomma yang segera memelukku.

                “Err, eomma… Jangan teralu kencang. Sakit.” Kataku.

                “Haha, mianhae. Eomma senang kamu bisa sadar dari koma Niel.” Katanya sembari menangis bahagia.

                Tok tok! Suara pintu diketok..

                “Masuk.” Kata noona.

                “Annyeong…” Kata yeoja yang sambil membuka pintu kamarku.

                “Rin?” tanyaku.

                “Ne. Umm, Niel. Bagaimana kondisimu? Aku senang sekali saat mendengar kabar kalau kau sudah tidak koma lagi.” Katanya. Senyum mungil mengembang dari mulut kecilnya.

                Belum sempat aku menjawab, eomma sudah memotong pembicaraanku. “Niel, eomma keluar dulu ya. Ngurus pembayaran Rumah Sakit ini di bawah.”

                “Ah, ne eomma.”

                “Aku juga ya. Mau ke kantin.” Kata noona ku sambil mengerdipkan sebelah matanya. Aku mengerti apa maksud dari noona ku ini.

                “Aih, ya sudah sana.” Sahutku. Dan mereka berdua pun pergi keluar kamar.

                Ku lihat Rin memandangiku.. “Wae?” tanyaku. Rin hanya menatapku dengan tatapan seperti orang bertanya. “Kenapa kau melihatku seperti itu?” lanjutku.

                “Ah, anni. Aku hanya senang kau sembuh.” Jawabnya.

                “Oh… Hmm, Rin. Sebetulnya ada yang ingin aku bilang ke kamu.”

                “Oh ya? Apa?”

                Aku langsung memandangi wajahnya yang manis. “Aku….”

                “Aku apa?” tanyanya penasaran.

                “Aku… Sebetulnya aku menyukaimu.”  Kataku.

                “Mwo? Kamu menyukaiku?” tanyanya tidak percaya.

                “Ne, aku menyukaimu. Dari awal masuk sekolah, aku sudah memperhatikanmu. Kamu itu lucu, periang, manis. Aku benar-benar suka sama kamu Rin.”

                “Ta tapi… Kenapa kamu ga bilang dari dulu?”

                “Itu karena aku takut kamu tidak menyukaiku.”

                Rin pun terdiam. Air mata menetes lagi membasahi pipinya. “Wae? Aku salah ya?” tanyaku dengan perasaan takut bahwa kata-kataku tadi telah menyinggung perasaannya.

                “Aniya.. Aku hanya terharu. Aku juga menyukaimu Niel. Justru aku kira kamu tidak menyukaiku.” Jelasnya sembari menyeka air matanya yang terjatuh.

                Aku meraih tangan Rin dan menggenggamnya. “Jadi….”

                “Jadi apa?”  Tanya Rin.

                “Jadi… Kamu mau nggak menjadi pacarku?”

                Rin seakan kaget mendengar pernyataanku barusan. Ia pun mengganggukan kepalanya tanda mengiyakan, dan langsung memelukku erat.

                “Aw, sakit Rin.”

                “Hahaha, mianhae Niel. Aku masih teralu senang dengan semua ini.”

                “Ne arraseo… Jadi, sekarang aku boleh memanggilmu dengan kata chagiya kan?”

                “Tentu saja Niel. Aku malah senang.” Jawab Rin dengan penuh kebahagiaan tersirat di wajahnya.

                “Chagi, sebetulnya selama aku koma, aku selalu ada di samping kamu lho.”

                “Benarkah?” Tanya Rin kaget.

                “Ne. Benar. Kamu cerita kan bagaimana perasaanmu kepadaku ke Hyena?”

                “I iya. Kok kamu bisa tahu?” Rin pun mulai ketakutan.

                “Hahaha, tenang aja chagiya. Sekarang kan aku sudah ada disini. Dan aku nyata. Kamu ga perlu takut ya.” Kataku sembari mengelus pipi mungil Rin. Rin hanya tersenyum sambil memandangi wajahku.

                “Cieee…. Yang baru jadian…” kata Hyena yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarku.

                “Yak! Sejak kapan kalian ada disana?” Tanya Rin.

                “Sejak tadi.” Jawab Byunghun sambil merangkul Hye.

                “Dasar kalian ini.” Kata Rin sambil hendak bangun dari duduknya. Namun aku tahan. Aku menarik tangannya. Dan… Kudaratkan ciuman di pipi sebelah kanannya.

                “Kyaaa, Niel!”

                “Hahaha.. Mianhae chagiya kalau aku sudah membuatmu kaget. I just wanna say that I love you.”
                Rin tersenyum dan memelukku erat. “I love you too.” Bisiknya di telingaku.


-END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar