Author: Loyalitasya Bela Prasiwi
Genre: Romance
Main Cast:
1. Niel Teen Top a.k.a Ahn Daniel
2. Author a.k.a Choi Seul Rin
3. L.Joe Teen Top a.k.a Lee Byunghun
4. Author's friend a.k.a Hyena
Annyeong... This is my another FanFiction. Karena keterbatasan waktu(?) FF ini ceritanya jadi singkat. Hehehe.. Hope you like it guys ^^
Rin POV
“Hei
anak malas, ayo bangun. Sudah jam berapa ini? Apa kamu tidak mau sekolah hah?”
Kata seorang yeoja sambil menggoyang-goyangkan tubuhku yang masih asik terlelap
tidur.
Sedikit
ku buka mataku untuk melihat siapa dia, yang ternyata tak lain tak bukan adalah
eomma ku sendiri. “Haaa, eomma…. Rin masih ngantuk ini…” kataku sembari memeluk
kembali guling kesayangku.
“Ih,
dasar anak ini. Sudah jam enam pagi ini. Kamu mau terlambat lagi ke sekolah
hah?”
“Mwo?
Jam enam pagi?” tanyaku sembari bangun duduk dengan nada kaget.
“Ne,
makanya ayo kamu….”
“Hwaaaaa,
terlambat terlambat terlambaaaattt…….” Kataku yang memotong perkataan eommaku.
Aku langsung lari ke kamar mandi.
Setelah
semua selesai, aku pun langsung segera berangkat ke sekolah. Dengan
berlari-lari kecil, ku susuri jalanan yang menuju ke sekolahku. Tiba-tiba aku
melihat banyak orang yang sedang berkumpul di pinggir jalan. “Ada apa ya?”
tanyaku pada diriku sendiri. Dengan penuh rasa tanya, aku pun menghampiri sekerumpunan manusia tersebut.
“Permisi
permisi permisi…” kataku yang mendesak masuk diantara mereka. “Kak, ada apa
sih?” tanyaku ke salah satu orang disana.
“Ada
korban tabrak lari. Kasian deh.” Jawabnya.
“Mwo? Tabrak
lari?!” Aku pun langsung mendesak masuk lagi untuk melihat siapa orang malang
yang menjadi korban tabrak lari tersebut.
“Kyaaaaaaa,
Niel!!” teriakku saat melihat korban tabrak lari tersebut yang tak lain tak
bukan adalah Niel. Ahn Daniel, teman satu sekolahku. Aku pun langsung
menghampiri tubuh Niel yang tidak berdaya itu. “Niel, waeyo?? Niel, ayo sadar.
Ini aku, Choi Seul Rin. Teman satu sekolahmu. Ayolah Niel…” kataku sembari
menepuk-nepuk pipi Niel.
“Ade,
kamu kenal sama dia?” Tanya seorang lelaki setengah baya.
“Ne.
Aku kenal dengan dia. Kami adalah teman satu sekolah.” Jawabku.
“Ya
sudah, kalau gitu sekarang kita harus ke Rumah Sakit agar temanmu bisa segera
diobati.” Kata aboji tersebut.
Dua
orang lelaki lain memapah Niel ke dalam mobil aboji tersebut. Aku mengikutinya
dari belakang. Selama dalam perjalanan ke Rumah Sakit, aku tak sanggup menahan
air mataku yang terus menerus berjatuhan sembari berusaha untuk membangunkan
Niel.
Akhirnya
kami pun sampai di Rumah Sakit. Dengan segera para suster Rumah Sakit tersebut
membawa Niel ke dalam ruang UGD untuk diperiksa. Aku hanya bisa menangis dan
berdoa di luar ruang UGD agar tidak terjadi apa-apa dengan Niel. Niel, andai
kamu tau bagaimana perasaanku selama ini ke kamu…
Niel POV
Udara
segar dan hangatnya sinar mentari pagi menerpaku yang sedang berjalan santai
menuju sekolah. Tiba-iba aku melihat ada seorang anak kecil yang sedang
menyebrang. Ia tidak lihat bahwa di sebelah kirinya ada sebuah mobil yang sedang
melaju dengan kencang.
“Awas!!!”
teriakku. Tapi sepertinya ade kecil itu tidak tahu mengapa aku berteriak
seperti itu. Ia tetap berjalan menyebrangi jalanan dengan santainya. Aku yang
takut terjadi apa-apa dengannya pun langsung berlari ke arah anak kecil
tersebut.
Aku
mendorongnya ke depan dan… Bruk! Seketika aku merasakan sakit di sekujur
tubuhku. Pandanganku memudar dan aku pun tidak sadarkan diri.
Saat
aku terbangun, aku melihat banyak orang yang sedang mengeliliku. Mereka
memandangiku dengan pandangan yang seakan berkata: Kasian sekali anak ini. Aku
pun langsung berusaha untuk membuat mereka tenang.
“Eeee,
kakak, ade, ibu dan bapak-bapak sekalian, tenang saja. Aku ga kenapa-kenapa
kok. Ini, buktinya aku masih bisa berbicara lancar seperti ini.” Kataku. Namun
sepertinya mereka tidak menghiraukanku.
“Apa
dia meninggal?” Tanya seorang perempuan paruh baya kepada anak perempuannya.
“Molla.
Dia kasian ya eomma.” Jawab anaknya tersebut.
Mwo?
Meninggal? Aku masih hidup hey! Atau jangan-jangan aku….. Aku pun berbalik
badan dan…. Betapa terkejutnya aku melihat tubuhku yang sedang tergeletak
lemah tak berdaya di aspal. Aku… Aku
meninggal???? Tidak, ini tidak mungkin terjadi. Tidaaaakkkk…..!!!
Di saat
aku sedang panik mengenai aku masih hidup atau tidak, Choi Seul Rin, teman satu
sekolahku datang. Ia begitu paniknya melihatku yang seperti ini. Tak lama,
tubuhku pun dibawa ke Rumah Sakit.
Dan
sekarang, disini aku melihat tubuhku sendiri sedang di periksa dokter. Entah
apa yang mereka lakukan terhadap tubuhku. Aku tidak ingin melihatnya.
Aku pun
ke luar ruangan. Dan aku melihat Rin yang sedang terduduk lemas, menangis
terisak-isak. Tak henti-hentinya ia menyebut namaku. Aku pun memegang
pundaknya. Tapi tak bisa. Tanganku melewati tubuhnya begitu saja. Kesal, sedih,
dan bingung tercampur menjadi satu di benakku saat ini. Apa dosaku Tuhan? Apa
yang harus kulakukan?
Eomma
dan kakak perempuanku pun datang. Ku lihat eomma bertanya apa yang sebenarnya
terjadi padaku ke aboji yang sudah membawaku ke Rumah Sakit ini. Dan noona ku
berusaha menenangkan Rin.
Tak
lama, dokter pun keluar. Eomma, noona, Rin, dan aboji segera menghampirinya.
“Yang
tabah ya bu. Anak ibu saat ini dalam keadaan koma. Terjadi benturan yang sangat
keras di kepalanya. Saya belum bisa memastikan kapan ia akan sadar dari komanya
itu.” Jelas dokter.
Koma?
Aku koma? Tetesan air mata membasahi pipiku. Aku melihat eomma menangis, begitu
pula dengan noona. Dan Rin, dia pingsan saat mendengar penjelasan dari dokter.
Rin pun segera dibawa ke salah satu kamar di RS tersebut.
Rin POV
“Yang
tabah ya bu. Anak ibu saat ini dalam keadaan koma. Terjadi benturan yang sangat
keras di kepalanya. Saya belum bisa memastikan kapan ia akan sadar dari komanya
itu.” Jelas dokter.
Apa?
Niel koma? Nggak, nggak mungkin Niel koma. Tidaaaakkk….. Bruk! Aku pun
terjatuh. Dan aku tidak tahu lagi apa yang terjadi padaku saat itu.
“Rin,
kamu sudah sadar?” Tanya seorang yeoja.
“Eomma?
Ne eomma. Rin sudah sadar kok. Eomma kok bisa ada disini?”
“Tadi
ibunya Niel menelpon ke eomma.” Jawab eomma. Tok tok! Ada yang mengetuk pintu
kamarku dari luar. “Masuk” kata eomma.
“Annyeong
tante…” kata satu orang yeoja dan satu orang namja tersebut.
“Eh ada
Hyena dan Byunghun. Ayo masuk.”
“Ne
tante, gomawo.” Jawab Byunghun.
“Ya!
Rin, apa yang terjadi dengan kamu?” Tanya Hyena.
“Aniya..
Aku ga kenapa-kenapa kok Na. Yang kenapa-kenapa itu….”
“Sudah
sudah. Kami sudah tau kok apa yang terjadi pada Niel.” Sambung Byunghun.
“Kalian
sudah tahu?”
“Tentu
saja kami sudah tahu. Tadi dari pihak Rumah Sakit menelpon ke sekolah. Mereka
menjelaskan apa yang terjadi kepada Niel. Satu sekolah heboh membicarakannya.”
Jelas Hyena.
“Tapi
kami yakin kok, Niel pasti sembbuh.” Kata Byunghun menenangkan.
“Ne,
arraseo. Tapi…..”
“Anak-anak,
tante titip Rin ya. Tante mau ke bawah dulu.” Kata eomma memotong perkataanku.
“Oh, ne
tante.” Jawab Byunghun.
“Tapi
apa?” Tanya Hyena.
“Tapi kan kalian tahu bagaimana perasaanku selama ini ke
dia. Aku sangat menyukainya dari awal pertama melihat dia di sekolah.” Jelasku.
“Iya,
kami tahu kok.” Kata Hyena.
“Dan
sekarang, dia terbaring koma. Kalian tahu kan jadinya bagaimana perasaanku saat
ini?” tanyaku dengan mata yang berkaca-kaca.
Hyena
dan Byunghun saling bertatap-tatapan. Hyena pun langsung memelukku. “Sabar ya
Rin. Aku tahu kok bagaimana perasaan kamu. Aku, Byunghun, kita disini karena
ingin menghiburmu. Arra?”
“Ne,
arra..” jawabku lemas. Air mataku pun terjatuh lagi membasahi pipiku. Dan Hyena
semakin memelukku erat. Hyena dan Byunghun. Mereka adalah sepasang kekasih
sekaligus sahabat terbaikku.
Niel POV
Mwo?
Jadi selama ini Rin ternyata menyukaiku? Astaga… Aku tidak menyangka bahwa ia
menyukaiku juga. Aaaaargh, Niel pabo! Kenapa coba kamu ga bilang aja ke
orangnya kalau sebetulnya kamu juga suka sama dia? Dan sekarang, semua
sudah terlambat. Sesalku dalam hati. Aku
hanya bisa memandangi Rin, gadis yang kusukai dan yang ternyata menyukaiku juga
tanpa bisa berbuat sesuatu.
“Annyeong…”
Sapa seseorang yang membuka pintu.
Noona?
Ngapain dia kesini? Aku langsung menghampiri noona ku tersebut.
“Eonni,
wae?” Tanya Rin kepada noona ku.
“Sekarang
Niel lagi dalam keadaan kritis. Dan dokter sedang berupaya untuk
mempertahankannya agar tetap hidup. Aku mohon doa kalian ya, semoga Niel bisa
melewati masa kritisnya ini.” Jelas noona ku.
Mwo?
Aku kritis? KRITIS??? Aku lihat Rin menangis semakin menjadi. Begitu pula
dengan noona ku. Ya Tuhan, aku masih ingin hidup. Aku ingin berkumpul lagi
dengan teman-teman dan keluargaku. Air mataku pun mengalir membasahi pipiku.
Seketika
pandanganku memudar. Hey, ada apa ini? Semakin lama, semua bayangan benda dan
orang di sekitarku semakin tampak tidak jelas, memudar, dan hilang. Aku tidak
melihat apa-apa lagi..
Saat
melihat seberkass cahaya putih, aku pun
mulai mengerdipkan mataku. Cahaya apa ini? Apa aku sudah sampai di surga?
Pandanganku
masih buram. Ku berusaha untuk menjelaskan pandanganku. Setelah cukup jelas,
aku dapat mengetahui bahwa sinar putih itu adalah sinar lampu.
“Aku…
Apa aku masih hidup? Atau aku sudah berada di surga” Tanyaku.
“Surga?
Alhamdulillah, kamu masih hidup nak.” Jawab seorang dokter dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.
Aku berusaha bangun, namun dokter itu melarang. “Jangan bangun dulu. Tubuh kamu
masih teralu lemah.” Jelasnya. Dan aku pun menuruti apa katanya.
Dokter pun keluar. Tak
berapa lama, eomma dan noona ku masuk.
“Niel
sayang.” Kata eomma yang segera memelukku.
“Err,
eomma… Jangan teralu kencang. Sakit.” Kataku.
“Haha,
mianhae. Eomma senang kamu bisa sadar dari koma Niel.” Katanya sembari menangis
bahagia.
Tok
tok! Suara pintu diketok..
“Masuk.”
Kata noona.
“Annyeong…”
Kata yeoja yang sambil membuka pintu kamarku.
“Rin?”
tanyaku.
“Ne.
Umm, Niel. Bagaimana kondisimu? Aku senang sekali saat mendengar kabar kalau
kau sudah tidak koma lagi.” Katanya. Senyum mungil mengembang dari mulut
kecilnya.
Belum
sempat aku menjawab, eomma sudah memotong pembicaraanku. “Niel, eomma keluar dulu
ya. Ngurus pembayaran Rumah Sakit ini di bawah.”
“Ah, ne
eomma.”
“Aku
juga ya. Mau ke kantin.” Kata noona ku sambil mengerdipkan sebelah matanya. Aku
mengerti apa maksud dari noona ku ini.
“Aih,
ya sudah sana.” Sahutku. Dan mereka berdua pun pergi keluar kamar.
Ku
lihat Rin memandangiku.. “Wae?” tanyaku. Rin hanya menatapku dengan tatapan
seperti orang bertanya. “Kenapa kau melihatku seperti itu?” lanjutku.
“Ah,
anni. Aku hanya senang kau sembuh.” Jawabnya.
“Oh…
Hmm, Rin. Sebetulnya ada yang ingin aku bilang ke kamu.”
“Oh ya?
Apa?”
Aku
langsung memandangi wajahnya yang manis. “Aku….”
“Aku
apa?” tanyanya penasaran.
“Aku…
Sebetulnya aku menyukaimu.” Kataku.
“Mwo?
Kamu menyukaiku?” tanyanya tidak percaya.
“Ne,
aku menyukaimu. Dari awal masuk sekolah, aku sudah memperhatikanmu. Kamu itu
lucu, periang, manis. Aku benar-benar suka sama kamu Rin.”
“Ta
tapi… Kenapa kamu ga bilang dari dulu?”
“Itu
karena aku takut kamu tidak menyukaiku.”
Rin pun
terdiam. Air mata menetes lagi membasahi pipinya. “Wae? Aku salah ya?” tanyaku
dengan perasaan takut bahwa kata-kataku tadi telah menyinggung perasaannya.
“Aniya..
Aku hanya terharu. Aku juga menyukaimu Niel. Justru aku kira kamu tidak
menyukaiku.” Jelasnya sembari menyeka air matanya yang terjatuh.
Aku
meraih tangan Rin dan menggenggamnya. “Jadi….”
“Jadi
apa?” Tanya Rin.
“Jadi…
Kamu mau nggak menjadi pacarku?”
Rin
seakan kaget mendengar pernyataanku barusan. Ia pun mengganggukan kepalanya
tanda mengiyakan, dan langsung memelukku erat.
“Aw,
sakit Rin.”
“Hahaha,
mianhae Niel. Aku masih teralu senang dengan semua ini.”
“Ne
arraseo… Jadi, sekarang aku boleh memanggilmu dengan kata chagiya kan?”
“Tentu
saja Niel. Aku malah senang.” Jawab Rin dengan penuh kebahagiaan tersirat di
wajahnya.
“Chagi,
sebetulnya selama aku koma, aku selalu ada di samping kamu lho.”
“Benarkah?”
Tanya Rin kaget.
“Ne.
Benar. Kamu cerita kan bagaimana perasaanmu kepadaku ke Hyena?”
“I iya.
Kok kamu bisa tahu?” Rin pun mulai ketakutan.
“Hahaha,
tenang aja chagiya. Sekarang kan aku sudah ada disini. Dan aku nyata. Kamu ga
perlu takut ya.” Kataku sembari mengelus pipi mungil Rin. Rin hanya tersenyum
sambil memandangi wajahku.
“Cieee….
Yang baru jadian…” kata Hyena yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarku.
“Yak!
Sejak kapan kalian ada disana?” Tanya Rin.
“Sejak
tadi.” Jawab Byunghun sambil merangkul Hye.
“Dasar
kalian ini.” Kata Rin sambil hendak bangun dari duduknya. Namun aku tahan. Aku
menarik tangannya. Dan… Kudaratkan ciuman di pipi sebelah kanannya.
“Kyaaa,
Niel!”
“Hahaha..
Mianhae chagiya kalau aku sudah membuatmu kaget. I just wanna say that I love
you.”
Rin
tersenyum dan memelukku erat. “I love you too.” Bisiknya di telingaku.
-END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar